Namanya Mawar. Dia hanyalah hanya gadis biasa yang tinggal di Gunungpati. Mawar tidak memiliki kemampuan melihat hal-hal ganjil atau tak kasat mata. Indigo kalau kata anak jaman sekarang.
Memang, Mawar pernah kerasukan. Tapi, itu terjadi dahulu, semasa Mawar masih SMP. Katanya, ia diikuti oleh hantu anak berseragam SMP, yang dulu bunuh diri di sekolah.
Jelas, pengalaman tersebut membuat Mawar tak nyenyak tidur. Beruntung, orangtua Mawar segera tanggap. Mawar dibawa ke simbah yang disebut-sebut oleh banyak orang sebagai sebagai ‘wong pinter’. Mata batin Mawar pun langsung ditutup. Maka, untuk saat ini, kecil kemungkinan Mawar dapat melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh banyak orang.
Pernah sekali waktu, Mawar melewati tempat yang konon katanya angker. Tapi, Mawar baik-baik saja. Dia tak apa-apa. Tidak kerasukan, tidak pula digondol setan, seperti yang orang-orang khawatirkan.
Justru, Ani –teman akrab Mawar sedari SMP, yang kerap mengkhawatirkan keadaan Mawar. Mungkin, masa lalu Mawar yang pernah dikinthili oleh hantu itulah yang membuat Ani merasa perlu untuk mengkhawatirkan sahabatnya itu.
Namun, Mawar bukanlah tipe orang penakut. Buktinya, Mawar sering pulang malam, melewati tempat gelap dan sunyi sehabis kegiatan kampusnya.
Suatu hari di sebuah malam yang pekat, sekitar jam 23.00 WIB, Mawar tiba-tiba menggigil. Ia sakit. Ani yang khawatir kemudian berinisiatif membelikan obat.
“Kamu mau kemana?” tanya Mawar pada Ani sambil menggigil kedinginan.
“Kamu tunggu saja, aku mau turun ke bawah dan membelikan obat buat kamu”jawab Ani.
“Sudah malam, toko obat sudah tutup. Kamu harus berkendara turun. Sudahlah tak usah, aku tidak apa-apa.” ujar Mawar.
“Aku berangkat sekarang” ujar Ani sambil berdiri.
“Tunggu, aku ikut” Mawar berdiri memakai jaket.
“Tapi kamu masih sakit” Ani khawatir.
“Gapapa aku ikut” bantah Mawar.
Mereka pun berbocengan menggunakan sepeda motor. Ani bertugas menyetir. Sementara Mawar, tampak lemas di boncengan.
Jalan menuju apotek sangat jauh. Maklum, keduanya memang tinggal di dataran tinggi, Jadi, mereka harus turun dulu.
Pepohonan rimbun, semak belukar, dan minim pencahayaan merupakan makanan sehari-hari tiap kali berkendara di malam hari. Tapi malam itu, entah kenapa suasana terasa lain. Puncaknya, kala keduanya melewati pohon besar yang ada di kiri jalan.
Tiba-tiba, Mawar mendengar suara-suara aneh. Seperti suara orang sedang membaca mantra. Awalnya tidak terlalu jelas, namun kemudian terdengar semakin nyata hingga membuat bulu halus merinding.
Sontak, Mawar langsung menengok ke arah pohon besar itu.
Deg! Mawar sangat terkejut. Banyak orang yang duduk bersila mengelilingi pohon. Mereka laki-laki, namun memiliki rambut yang panjang disertai kumis. Mereka berpakaian serba hitam. Tubuh Mawar semakin menggigil tak terkendali.
“Mawar, kamu gapapa kan?” tanya Ani.
“Engg..gak.. papa… buruan, nyetirnya ngebut aja” perintah Mawar.
Ani langsung melarikan motor dengan kecepatan tinggi. Ia memang tak tahu apa yang terjadi. Namun firasat Ani mengatakan, ada sesuatu yang buruk terjadi.
Sesampainya di toko obat, Ani langsung membeli obat dan bergegas pulang bersama Mawar. Anehnya, ketika melewati pohon besar itu lagi, Mawar tak melihat apapun. Padahal sebelumnya ia melihat banyak orang berkumpul di situ.
Ketika sampai rumah, Ani pun memastikan dan menanyakan apa yang telah terjadi pada Mawar.
“Ada apa? Tadi kamu melihat apa?” tanya Ani.
“Aku takut, Ni. Aku mendengar suara orang-orang seperti membaca mantra. Setelah kulihat, ternyata mereka duduk bersila mengelilingi pohon besar dan mengenakan pakaian serba hitam” jawab Mawar ketakutan.
“Aku memang mendengar suara, tapi aku tak melihat apapun. Tak ada orang gerombolan yang duduk bersila mengelilingi pohon” ujar Ani memastikan.
“Apa demit ya? Jelas banget aku lihat” ujar Mawar menerka.
“Ishh... kamu nih sembarangan saja kalau bicara. Di sini memang masih desa, mungkin ada aliran tertentu yang berkembang di sini. Sudah minum obatmu dan jangan kau pikirkan” perintah Ani.
“Tapi Ani, kali ini aku benar-benar melihatnya dan mereka sangat menakutkan” ujar Mawar dengan wajah cemas.
“Wes..rapopo. Itu hanya ingin berkenalan sama kita saja. Sudah kamu istirahat ya” ujar Ani meyakinkan.
Begitulah. Ani memang selalu berusaha membuat Mawar merasa tenang. Meski demikian, jauh di dalam lubuk hati Mawsar, ada sebuah tanda tanya besar.
Kenapa dia bisa kembali melihat hal-hal gaib?
Bukankah mata batinnya telah ditutup?
Apakah dengan melihat ritual tersebut akan terjadi hal buruk lain yang tak pernah Mawar bayangkan sebelumnya?
Mendadak, semua gelap. Mawar rubuh ke lantai.
“MAWARRRR!!!”
.
.
.
Editor: Dyan Arfiana A.P